Catatan Perjalanan :

Keliling Setengah Amerika

 

29.   Menyaksikan Air Terjun Niagara Dari Pulau Kambing

 

Sekitar tengah hari sepulang dari Love Canal, Senin, 10 Juli 2000, kami beristirahat sebentar di hotel sekalian makan siang dulu. Sesuai rencana, kira-kira jam 13:30 siang, kami meninggalkan hotel berangkat menuju ke sungai Niagara. Kali ini kami memilih untuk berjalan kaki saja. Selain lokasi yang kami tuju tidak terlalu jauh, situasi kota Niagara Falls juga tidak terlalu ramai. Cukup enak buat berjalan kaki meskipun kalau kelamaan akan capek juga.

 

Setelah menyeberang jalan beberapa kali, kemudian kami tiba di tepi sungai Niagara kira-kira pas berada di bagian yang paling lebar. Di tengah bagian sungai yang paling lebar ini terdapat sebuah pulau besar dan beberapa pulau kecil. Pulau yang paling besar bernama Goat Island (Pulau Kambing). Selanjutnya saya sebut saja Pulau Kambing karena kedengaran lebih enak, dibanding kalau saya menyebut “Goat Island” atau “Pulau Goat”.

 

Pulau-pulau kecil yang berada di sekitar Pulau Kambing yaitu ada Pulau Luna dan Green di sebelah utaranya, dan Pulau Three Sisters di sebelah selatannya. Kami lalu menyeberang ke Pulau Kambing melalui sebuah jembatan yang sebenarnya dapat juga dilalui dengan kendaraan.

 

Sungai Niagara sendiri memisahkan antara daratan negara Amerika dan Canada. Dengan kata lain, setengah sebelah timur dari lebar sungai Niagara adalah miliknya Amerika dan setengahnya lagi yang di sebelah barat miliknya Canada. Sungai Niagara ini sebenarnya hanyalah sebuah sungai pendek saja. Panjang sungainya hanya sekitar 56 km, yang menghubungkan danau Erie di sebelah selatan dan danau Ontario di sebelah utara. Beda tinggi muka air antara kedua danau itu sekitar 99 m, dengan danau Ontario berada di lokasi yang lebih rendah.

 

Ke Pulau Kambing inilah siang itu kami berjalan-jalan keliling menyaksikan air terjun Niagara dari sisi atasnya. Selain terdapat jalan beraspal yang mengelilingi Pulau Kambing, juga ada jalan-jalan setapak yang memang disediakan bagi pejalan kaki. Banyaknya pepohonan rindang yang tumbuh di pulau ini menjadikan suasana lingkungan Pulau Kambing tampak hijau dan teduh di tengah cuaca siang yang cukup terik.

 

Baru ketika berada di Pulau Kambing ini saya tahu bahwa ternyata yang disebut dengan air terjun Niagara itu merupakan kelompok dari tiga buah air terjun yang masing-masing terpisah oleh Pulau Luna dan Pulau Kambing. Air terjun yang berada di pinggir paling timur dari sungai Niagara bernama American Falls, terletak antara tepi timur dimana terdapat Prospect Point Observation Tower hingga ke pulau Luna. Disebut American Falls karena air terjun ini miliknya Amerika atau berada di wilayah Amerika.

 

Antara Pulau Luna dan Pulau Kambing terdapat air terjun yang bernama Bridal Veil Falls. Air terjun ini juga masih miliknya Amerika. Kemudian antara Pulau Kambing dengan tepi barat dimana Table Rock Complex berada adalah air terjun yang terbesar di antara ketiganya yang bernama Horseshoe Falls atau Canadian Falls. Disebut Canadian Falls karena air terjun ini menjadi miliknya Canada atau berada di wilayah Canada.

 

Canadian Falls tingginya sekitar 54 m dan panjangnya 671 m, dengan panjang puncak bidang luncurnya (crest) melengkung ke dalam berbentuk seperti tapal kuda, karena itu disebut juga Horseshoe Falls. American Falls tingginya sekitar 56 m dan panjangnya 328 m dengan bidamg luncurnya membentang lurus.

 

Sedangkan Bridal Veil Falls adalah yang paling kecil di antara ketiganya dan berada di tengah-tengah antara American dan Canadian Falls. Berada sejajar dan bersebelahan dengan American Falls yang hanya dipisahkan oleh Pulau Luna. Saya tidak menemukan catatan tinggi dan panjangnya, namun saya perkirakan tingginya sama dengan American Falls dengan lebar hanya belasan meter saja.

 

***

 

Di ujung barat Pulau Kambing, kemudian kami menyeberang ke Pulau Luna. Sebenarnya saya sempat mikir-mikir, kenapa disebut Pulau Kambing. Padahal bentuk pulaunya juga sama sekali tidak menyerupai kambing. Di pulau itu juga tidak saya jumpai peternakan atau penggembalaan kambing atau kambing liar sekalipun, apalagi warung sate kambing. Namun saya sempat berusaha nguping seorang pemandu wisata yang sedang memandu rombongan wisatawan orang-orang tua.

 

Ya, namanya nguping di tengah-tengah gemuruh grojogan Niagara. Terkadang sayup-sayup kedengaran, terkadang tidak. Tetapi kira-kira yang sempat saya tangkap, menurut alkisah pokoknya duluuu……. berkaitan dengan wong angon wedus (penggembala kambing). Belakangan saya temukan catatannya, orang itu bernama John Stedman yang memiliki sekawanan kambing yang pada musim dingin tahun 1780 kambing-kambingnya pada mati kedinginan di pulau itu.

 

Siapa John Stedman dan kenapa di musim dingin menggembala kambing di tempat itu? Yo …. embuh (entah). Saya tidak sempat nguping lagi, wong anak-anak sudah ribut teriak-teriak, sedang kegirangan manjat pohon minta difoto.

 

Berdiri di pinggiran Pulau Luna ini memang seperti sedang berdiri tepat di ujung air terjun American Falls dan Bridal Veil Falls. Mengasyikkan juga suasana di ujung anjungan pemandangan ini, di tengah bunyi gemuruh air yang tak pernah berhenti dan sesekali terkena percikan air yang terbawa angin. Meskipun berada di pinggiran, namun kondisinya cukup aman. Di sekeliling pinggiran ini dipasang pagar besi setinggi kira-kira satu meteran. Sehingga pengunjung tetap bisa melongokkan kepalanya melihat lebih ke bawah dari bidang terjunnya air, sedangkan anak-anak bisa melongokkan kepalanya melalui celah-celah di antara pagar besi.

 

Dari Pulau Luna, kami kembali ke Pulau Kambing dan lalu menuju ke ujung sebelah barat daya yang berada di pinggiran Canadian Falls. Sebenarnya kami berdiri tidak berdekatan benar dengan pinggir air terjun, tertapi karena anjungan untuk pengunjung ini letaknya di arah hilir atau bawah dari air terjun, sehingga seringkali titik-titik air yang dihembus angin terasa seperti gerimis mengguyur. Maka berdiri di pinggir anjungan ini harus siap-siap untuk berbasah-basah.      

 

Berdiri di ujung tempat ini, barulah tampak sekali betapa besarnya air terjun Niagara itu. Kekaguman itu disebabkan karena selama ini saya belum pernah menjumpai air terjun yang selebar Niagara. Meskipun banyak air terjun di Indonesia yang mempunyai ketinggian lebih dibanding Niagara namun air yang diterjunkan tidak sebanyak Niagara.

 

Air terjun Niagara memang bukan yang terbesar di dunia karena sebenarnya masih kalah jika dibanding air terjun Victoria Falls di Afrika Selatan. Kalau ditanya kenapa air terjun Niagara lebih terkenal dibanding air terjun Victoria? Jawabnya gampang saja : ya karena Niagara terletak di Amerika. Maka satu hal lagi memberi bukti kepada kita bahwa kebesaran suatu negeri atau bangsa akan membawa implikasi pada hal-hal lainnya yang sebenarnya kurang besar menjadi “tampak seperti” paling besar.

 

Jadi, rasa-rasanya kita ini sebenarnya tidak perlu kecil hati kalau belum memiliki hal-hal besar, sepanjang upaya keras untuk membesarkan bangsa ini terus diperjuangkan. Lha, tapi piye”(bagaimana)? Wong sekarang ini banyak orang-orang kecil yang justru melongo terheran-heran memandang para pembesarnya tidak suka repot-repot membesarkan bangsanya, tapi malah membesar-besarkan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dibesar-besarkan.

 

***

 

Dari total debit air sungai Niagara yang dapat mencapai sekitar 45 juta gpm (10,2 milyar liter/detik), sebenarnya hanya sebagian saja dari total airnya yang mengalir membentuk air terjun. Kendati demikian toh tetap saja suara gemuruh grojogan Niagara seperti hendak menerjang dan menelan apa saja yang ada di hadapannya.

 

Terbukti memang sudah pernah menelan orang-orang nekat. Menurut catatan, paling tidak pernah ada 16 orang nekat yang diketahui terjun bersama air dengan menggunakan tong kayu atau peralatan lainnya. Enam di antaranya meninggal dan sepuluh lainnya berhasil selamat. Dua orang yang tercatat selamat adalah Annie Telson Taylor pada tahun 1901 dan sebelumnya Sam Patch pada tahun 1829, meskipun akhirnya Sam Patch juga meninggal dengan kenekatannya ketika terjun di air terjun berbeda, Genesee Falls, di Rochester.

 

Tahun 1961, William Fitzgerald melakukan hal yang sama, dan begitu muncul selamat ke permukaan air langsung digiring polisi dan ditahan karena saat itu sudah ada peraturan yang melarang tindak petualangan di seputar air terjun Niagara.

 

Aliran air yang melewati kedua air terjun American dan Canadian Falls ini memang luar biasa banyaknya, sekitar 9 juta gpm (2,04 milyar liter per detik) turun di American Falls dan 36 juta gpm (8,18 milyar liter per detik) di Canadian Falls. Sekitar setengah hingga dua pertiga bagian dari aliran sungai Niagara ini dibelokkan untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik sebelum aliran airnya mencapai gigir air terjun, maka tinggal volume sisanya yang kini mengalir menjadi air terjun.

 

PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) komersial pertama kali dibangun di kawasan ini pada tahun 1895. Selanjutnya pada tahun 1961 dikembangkan Niagara Power Project dengan 13 generator yang mampu menghasilkan tenaga dengan kapasitas terpasang 2,19 juta kw, menjadi salah satu PLTA terbesar di dunia. Kini Niagara Power Project juga menjadi salah satu obyek kunjungan para wisatawan.- (Bersambung)

 

 

Yusuf Iskandar

 

 

 

Memandang air terjun American Falls dari pulau Kambing

 

 

 

Di ujung Pulau Luna

 

[Sebelumnya][Kembali][Berikutnya]